-->

HACK, LEAK, AND AMPLIFY, BAHAYA SERANGAN SIBER MENJELANG PEMILU

27 November 2018, 5:54:00 PM WIB Last Updated 2018-11-27T10:54:33Z
 
https://bssn.go.id
sumber foto:https://bssn.go.id
Kepala  Badan  dan  Sandi  Negara  (BSSN)  Djoko  Setiadi  mengingatkan  serangan  siber  menjelang pemilu sudah mulai terdeteksi.  Lembaga pemerintah bertugas mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber di Negara Republik Indonesia    ini mengajak    semua    pihak    berkontribusi    untuk    pencegahan    dan penanggulangan ancaman dan serangan siber.
"Jenis ancaman yang sudah terdeteksi itu sangat teknis, yang pasti ancaman sudah mulai banyak bertaburan, berdatangan," ungkap Djoko  pada  konferensi  pers  di  kampus  Swiss  German  University  di  Alam  Sutera, Tangerang, Sabtu (24/11). Kepala  BSSN,  didampingi  oleh  Deputi  Identifikasi  dan  Deteksi  Irjen  Pol  Drs.  Dharma Pongrekun,  pada  hari  Sabtu  hadir  dalam  acara  seminar  dan  workshop  Peningkatan Kemampuan  Deteksi  dan  Koordinasi  Insiden  Keamanan  Siber  Secara  Nasional.
Dalam acara  ini  juga  ditandatangani  nota  kesepahaman  antara  Kepala  BSSN  dengan  Rektor Swiss German University Filiana Santoso untuk kesepakatan kerjasama terkait penelitian dan  pengembangan  akademis dalam  mempersiapkan  dan  meningkatkan  kemampuan sumber  daya  manusia  di  bidang  keamanan  siber  dan  sandi.*"Kita  harapkan  dengan kesadaran  seluruh  bangsa  ini  kita  bersama-
sama menciptakan  situasi  yang  aman.  Kalau kita  melarang  itu  juga  kan  ada  aturannya,  jadi  mari  kita  sharing  hal-hal  yang  baik  saja," ujarnya.
Direktur   Deteksi   Ancaman   BSSN,   Sulistyo,   menjelaskan   ancaman   serangan   siber menjelang pemilihan Presiden dan legislatif datang dari dalam dan luar negeri. Salah satu yang paling berbahaya adalah upaya menargetkan institutsi penyelenggara seperti Komisi Pemilihan  Umum  (KPU).
"Yang  utama  itu  hack,  leak,  and  amplify.  Yang  pertama  itu melakukan proses hacking. Banyak cara teknik yang digunakan untuk ganggu infrastruktur cyber pemilu. Misalnya sistem ITnya diganggu, lalu ada serangan DDOS," ujar pejabat di lingkungan BSSN tersebut.
"Lalu  leak,  yaitu  terkaitan  dengan  pembocoran  informasi.  Ini  biasanya  micro  targeting, misalnya  menargetkan  data  peserta  (konstituen  Pemilu).  Ada  informasi  pribadi  yang sifatnya  private  dicuri,  dan  diambil,"  kata  Sulistyo.
Direktur  BSSN  yang  salah  satu tugasnya membuat early warning system terkait ancaman siber ini menuturkan amplify itu terkait   dengan   gimana   memviralkan   informasi   yang   dibocorkan   tersebut.
Seperti diberitakan di media sebelumnya, salah satu serangan siber yang pernah mencuat adalah peretasan  menggunakan  DIstributed  Denial  of  Service,  atau  populer  dikenal  dengan DDoS, yang pernah melumpuhkan situs KPU.
Tehnik  serangan  ini  membanjiri  situsweb  dengan  permintaan  (request)  tinggi  pada  saat bersamaan,  sehingga  mengakibatkan  server  menjadi down.
Selain  berkoordinasi dengan KPU  RI  terkait  pengamanan  pemilu,  BSSN,  juga  telah menggandeng  penyelenggara internet   dan   platform   media   sosial   seperti   Facebook   dan   Twitter.
BSSN,   bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo), KPU dan Badan  Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga akan mengawasi berita dan informasi hoaks.

Tangerang , 24 November 2018
BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BSSN
 
Sumber Berita Klik Disini
Komentar

Tampilkan

Terkini