-->

Bupati Launcing Busana Jombang Deles, Saat Upacara Peringatan Hari Jadi ke-112 Pemkab Jombang

21 Oktober 2022, 5:31:00 PM WIB Last Updated 2022-10-21T10:31:56Z

Bupati Mundjidah Wahab melaunching busana khas Jombang. Namanya Jombang Deles. Launching tersebut dilakukan di alun-alun setempat, Jumat (21/10). Bersamaan dengan upacara peringatan Hari Jadi ke-112 Pemkab Jombang, Hari Jadi ke-77 Pemprov Jatim, serta Hari Santri Nasional 2022.
Dalam upacara tersebut, Bupati Mundjidah dan Wabup Sumrambah mengenakan busana itu. Warnanya kombinasi putih, hijau, abang (merah), serta ada batik yang menghiasai. Busana yang perempuan dipadu kerudung, sedangkan yang pria memakai penutup kepala blangkon. 
Di penghujung acara, Guk dan Yuk Jombang memperagakan busana itu. Pria dan wanita melenggang ke depan panggung. Berlenggak-lenggok dengan busana Jombang Deles. Hadirin pun bertepuk tangan. Guk dan Yuk tahun 2021 ini kemudian menghampiri Bupati Mundjidah dan Wabup Sumrambah yang berada di panggung kehormatan.
"Bersamaan dengan peringatan Hari Jadi ke-112 Pemkab Jombang, Hari Jadi ke-77 Pemprov Jatim, serta Hari Santri Nasional 2022, kami melaunching busana khas Jombang. Namanya Jombang Deles. Busana ini sarat nilai sejarah," kata Bupati Jombang Mundjidah Wahab.
Mundjidah mengungkapkan, saat ini busana khas tersebut baru jadi dua potong. Yakni dipakai oleh Bupati Jombang dan Wabup. Selanjutnya dipakai secara bersamaan pada acara tasyakuran. Ke depan, baju khas itu dipakai setiap Kamis oleh ASN (Aparatur Sipil Negara). "Kita buatkan regulasi melalui Perbup (Peraturan Bupati)," kata Mundjidah.
Busana khas Jombang ini terdiri diri udheng blangkon sundul mego. Yakni perpaduan dari udheng ludruk dan blangkon cekdongan. Hal itu berarti insan Jombang sangat egaliter, sangat menghormati perbedaan, sangat toleran. Sundhul Mego diambil dari nama Patih dalam Cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco.
Kemudian baju model 'Jas Gulon Dwigatra'. Jas ini merupakan busana atasan pria. Dipilih desain jas karena mengikuti pola busana adat Jawa yang cenderung menggunakan jas untuk busana atasannya. Bagian Jas Gulon Dwigatra ini menjadi titik pembeda dengan busana adat dengan daerah lain di Jawa Timur. Jas gulon bermakna memakai kerah tegak, untuk membedakan dengan model potong gulon atau pun desain teluk belanga.
Jas gulon ini juga dipakai oleh Bupati Jombang pertama RAA Soeroadoningrat. Jas Gulon Dwigatra sebagai pembeda dengan bentuk Jas Mataraman dan Jas Jawa Timuran atau sering disebut jas Basofi. Sedangkan dwigatra adalah bertemunya dua gatra budaya menurut pemetaan sejarawan dan budayawan almarhum Prof. Ayu Sutarto, yaitu gatra budaya Mataraman (Pracima) dan gatra budaya Arek (purwa).
Sedangkan busana wanita dalam pakaian adat Jombang Deles dinamai dengan Kemodoningrat. Nama Dewi Kemodoningrat adalah nama lain Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, istri Panji Asmarabangun. Dewi Kemodoningrat juga dipercaya sebagai pembabat Dusun Kemodo, desa Dukuhmojo, Mojoagung.
Sementara bagian bawah busana wanita Jombang Deles ini dari kain jarik yang memiliki sampiran kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya. Bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putra yang menghadap sebaliknya atau mengarah ke kanan.
"Sekali lagi, busana khas Jombang ini sarat dengan nilai sejarah. Rencannya, busana tersebut dipakai setiap Kamis. Namanya Jombang Deles," pungkas Bupati Jombang Mundjidah Wahab.(jang)
Komentar

Tampilkan

Terkini