-->

Saatnya Pengusaha dan UMKM Indonesia Beraksi

23 Maret 2020, 10:13:00 PM WIB Last Updated 2020-03-23T15:13:30Z
Penyebaran virus corona (COVID-19) menjadi perhatian serius seluruh dunia. Sampai saat ini masih diupayakan vaksin yang mampu menghentikan penyebarannya atau mampu menyembuhkan pasiennya, sehingga berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi dunia.
Penyebaran virus bernama Covid-19 yang telah menyebar ke negara di luar China dalam beberapa minggu terakhir telah mengakibatkan kejatuhan ekonomi yang signifikan. Rantai pasokan terganggu dan permintaan konsumsi domestik di negara-negara terdampak saat ini sedang tertekan. Sektor pariwisata dan perdagangan mengalami pelemahan terbesar.
Penyebaran virus corona sendiri sudah berdampak pada sektor pariwisata, transportasi, dan manufaktur. Namun hal itu dianggap belum melumpuhkan ekonomi dunia.
Virus corona juga membuat daya beli masyarakat Indonesia menurun. Industri melakukan efisiensi, rantai pasok bahan baku industri manufaktur Indonesia mulai menipis karena produsen di China tidak beroperasi. Dengan begitu, produksi bahan baku yang diimpor ke banyak negara termasuk ke Indonesia juga terganggu. Selain itu ada larangan penerbangan pesawat dari China ke Indonesia dan sebaliknya. Hal ini sangat terasa bahwa Indonesia masih bergantung pada produsen China sejak “membatasi” hubungan dagang dengan Amerika Serikat yang merupakan hegemoni dunia.
Ancaman resesi ekonomi makin nyata. Bahkan diperburuk oleh mewabahnya Corona (COVID-19). Di pasar keuangan, tanda resesi sudah jelas terlihat.Tanda utamanya adalah banyak orang yang melepas saham di pasar bursa, kemudian mengalihkannya ke instrumen yang aman.
Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari 4,9% menjadi 4,8%. Virus corona menjadi pemicu penurunan tersebut karena menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi secara global.
Insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk menangkal dampak corona belum ampuh untuk mendorong daya beli agar tetap stabil. Pemerintah diminta untuk memperhatikan masalah perlambatan ekonomi dan dampak terburuk yang akan menghantam sektor keuangan.
Stimulus fiskal ini diharapkan bisa memperbaiki perekonomian walaupun masih dalam konteks menahan 'badai' yang saat ini menerpa Indonesia.
Jika durasi covid-19 bisa lebih dari 3 sampai 6 bulan, kemudian lockdown, serta perdagangan internasional bisa drop di bawah 30 persen, penerbangan drop sampai dengan 75 persen hingga 100 persen, maka pertumbuhan ekonomi bisa di kisaran 2,5 persen bahkan 0 persen.
Pemerintah sampai saat tulisan ini ditulis masih belum bisa menyampaikan asumsi pasti pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun. Sebab, hingga saat ini masih terjadi dinamika yang berada di luar perhitungan pemerintah.
Pemerintah masih berharap, vaksin virus bisa segera ditemukan sehingga bisa memperpendek siklus persebaran virus baik di dalam negeri maupun di global.
Minggu ini rupiah sudah jatuh ke angka Rp 16.000 lebih dan masih bisa terus menurun. Dalam dua bulan, nilai pasar perusahaan yang sudah go public lenyap Rp 2000 triliun lebih. Sementara banyak pelaku usaha yang omzetnya anjlok hingga 75%.
Mulai dari tingkat keluarga sampai perusahaan perlu membahas kemungkinan terburuk 2-3 bulan kedepan dalam rencana keuangan dengan cermat. Untuk pengusaha sebisa mungkin mengambil keputusan-keputusan penting sampai akhir tahun 2020 yang cermat dan benar walau berat agar tetap dapat bertahan dari masa sulit ini.
Kebijakan pemerintah saat ini perlu dicermati juga, mengingat keputusan yang diambil masih dari sisi fiskal belum menyentuh kebijakan moneter. Dalam ekonomi yang sangat lambat saat ini pemerintah justru memberikan relaksasi pajak bukan memompa dana ke dalam sistem agar bisa terlihat apa yang akan terjadi tahun ini dan tahun depan.
Namun sebagai masyarakat Indonesia apa kita harus berdiam dalam menyikapi kondisi ini? Justru ini adalah peluang bagi Indonesia untuk menata kembali dan bergotong royong menuju kemandirian atau berdikari memenuhi kebutuhan dalam negeri. Beberapa hal berikut dapat dilakukan yaitu
1. Selalu mengikuti perkembangan berita ekonomi baik mikro maupun makro agar pengusaha dapat melakukan keputusan manajemen dengan tepat
2. Memanfaatkan kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk bersama-sama menjaga stabilitas ekonomi
3. Beberapa bidang usaha yang mengalami penurunan drastis seperti perhotelan atau pariwisata dapat disiasati dengan penundaan pembayaran hutang oleh rekan-rekan pengusaha yang saling  bekerjasama tentunya agar operasional tetap berjalan
4. Kebijakan lockdown justru memberi kesempatan untuk pengusaha lokal dapat bertumbuh karena produknya mampu diserap pasar akibat pembatasan impor atau peluang pengusaha memproduksi barang substitusi impor. hal ini perlu peran aktif pemerintah daerah untuk membantu pelatihan, pendampingan, pemasaran dan distribusinya agar harga normal tetap terjaga
5. Peluang untuk pengembangan pertanian dan perkebunan di Jawa Timur menjadi nilai yang bisa ditawarkan ke investor melalui kerjasama Hipmi dan Pemerintah Daerah karena marketnya ada ditengah kondisi global. tinggal membutuhkan cara distribusi langsung dari petani ke konsumen langsung baik secara grosir atau eceran secara digital
contoh industri kreatif untuk pengganti barang impor bahkan peluang ekspor adalah pembuatan masker, makanan dan minuman herbal untuk penunjang imunitas, bahan-bahan non kimia pengganti handsanitizer. ini pasti laku bahkan sampai 6 bulan kedepan

Tidak kalah pentingnya adalah menjaga atau bahkan meningkatkan produktivitas UMKM di dalam negeri. Pemerintah disarankan untuk memberi perhatian lebih pada upaya mendorong peningkatan kinerja UMKM. Tahun- tahun terakhir ini, total pelaku UMKM di Indonesia sudah mendekati 60 juta. Mereka kreatif. Kemampuannya menyerap tenaga kerja pun sudah terbukti.
Beragam kebutuhan masyarakat dan rumah tangga sudah bisa diproduksi oleh UMKM. Masalahnya kemudian adalah produk UMKM itu harus bersaing dengan sejumlah produk impor yang ditawarkan dengan harga sangat kompetitif di pasar dalam negeri. UMKM butuh dukungan berupa formula permodalan yang bisa mendorong mereka mewujudkan biaya produksi yang efisien agar juga bisa kompetitif. Pemerintah seharusnya bisa menyediakan pinjaman modal kerja dengan tingkat bunga yang murah untuk UMKM yang produktif, prospektif dan kompetitif. (Lintasmojo)

Penulis: Setyo Nugroho Adhitomo,S.H (CIT,CMA)
Komentar

Tampilkan

Terkini